Tanda Kebrilianan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Paham yang kekal, lalu mengutamakan dan berjuang keras untuk meraihnya. Paham yang mulia lalu berusaha menduduki tahtanya. Paham yang lebih utama lalu mendahulukan untuk mengerjakannya. Itulah tanda Kebrilianan.
Tidak tertipu dan jatuh pada yang hina. Tidak disibukkan dengan kesia-siaan, kelalaian dan kemubaziran. Tidak menikmati hal yang merusak diri dan kehidupan. Itulah tanda Kebrilianan.
Menikmati syahwat sesuai kadarnya. Menikmati hawa nafsu hanya sekedar melangsungkan kehidupan dan menopang diraihnya yang mulia. Makan, minum dan tidur sekedar mengokohkan tubuh untuk meraih yang utama. Paham tujuan juga sarananya. Paham bagaimana memperlakukan tujuan dan sarana, itulah tanda kebrilianan.
Paham inti kehidupan. Paham pusat kehidupan. Paham dimana kehidupan ini berputar pada porosnya. Paham liku-liku bagaimana cara meraih inti kehidupan lalu berjuang melaluinya. Itulah tanda kebrilianan.
Kebrilianan tidak hadir hanya dengan akal manusia. Akal bisa tertipu dan salah arah. Akal bisa lurus bila benar tujuan dan niatnya, lalu akal mengeksplorasinya dengan sangat mendalam dan detail. Hati manusia terus berbolak balik. Sering tertipu oleh bisikan syetan dan hawa nafsu. Ada bisikan takwa ada bisikan fujur. Sering kali salah mendeteksi. Sering kali salah mana yang diutamakan. Lalu bagaimana meraih kebrilianan?
Bila menanggalkan ingat kematian, maka hati akan rusak. Hanya dengan mengingat kematian seluruh potensi kebodohan bisa dipadamkan dan dibuang. Ingat kematian menjernihkan hati, meluruskan niat, menguatkan langkah, memperkokoh semangat, membuat seluruh kesulitan menjadi amat sangat ringan dan mudah.
Mulai dari yang akhir. Membentuk mindset dan paradigma yang benar hanya dapat dilakukan bagi mereka yang ingat kepada kematian. Begitulah penekanan Steven Covey dalam bukunya the Seven Habit yang mendunia. Yang katanya menjadi buku rujukan orang sukses di seluruh dunia.
Kebrilianan itu milik mereka yang mendekati Allah. Yang bersama Allah. Yang taat pada Allah. Yang selalu ditolong Allah. Alp Arsalan, sultan Bani Saljuk, dengan 15.000 tentaranya mampu menundukkan kaisar Romawi yang pasukannya berjumlah 250.000 orang. Sang Sultan awalnya ingin menyerah. Bermaksud memberikan daerah kekuasaannya pada kaisar. Namun Ulama yang disampingnya melarangnya. Apa sarana sang Ulama?
Kumpulkan semua prajurit. Beristighasah kepada Allah di waktu yang mustajab dengan doa yang mustajab. Akhirnya kasir Romawi tertangkap oleh seorang budak. Pasukan Romawi dikalahkan dengan telak. Kebrilianan itu mampu meraih yang luar biasa dengan sumber daya dan kekuatan yang sangat terbatas bahkan disaat yang paling sangat lemah. Siapa yang bisa melakukannya? Yang diijinkan Allah. Yang ditolong Allah.
Melawan kekuatan besar dengan kekuatan yang lebih besar bukanlah kebrilianan. Melawan kekuatan dengan kekuatan yang sama bukanlah kebrilianan. Para Sahabat memenangkan seluruh pertempuran bukan karena jumlah prajurit dan sarana perlengkapan perangnya sama atau lebih hebat dari lawannya. Tetapi jumlah sedikit mampu menghancurkan kekuatan yang besar. Itulah tanda Kebrilianan.
Rustum, panglima perang Persia, gentar dengan pasukan muslimin bukan karena jumlah prajurit dan canggihnya peralatan perang. Rustum gentar karena karakter yang kuat, iman yang kokoh, tujuan yang benar yang menghujam di hati kaum muslimin. Saat mereka pun meminta bantuan kaisar Tiongkok, sang kaisar pun mengucapkan hal yang sama, "Pasukan seperti ini tak bisa dikalahkan."
Napelion Bonaparte, saat melihat karakter pasukan Turki Utsmani. Saat panglima perang inggris melihat jasad relawan Ikhwanul Muslimin saat perang Arab-Israel. Mereka berkata, "Bila aku memiliki pasukan seperti ini, aku bisa menguasai dunia." Memenangkan seluruh pertarungan kehidupan dengan karakter yang kokoh, Itulah tanda kebrilianan.
0 komentar: