Surat-Surat Syeikh Al-Palimbani di Mekkah kepada Sultan Mataram (bagian 1)
Syeikh Abdul Shamad al-Palimbani seorang ulama besar Mekah yang berasal dari Nusantara. Informasi terkini tentang penjajahan di Nusantara selalu diterimanya dari para jamaah haji dan muridnya. Ini mendorongnya untuk terus menempa muridnya menjadi pejuang. Menulis buku tentang jihad dan surat kepada raja-raja Nusantara.
Surat-surat yang berhasil disita oleh penjajahan Belanda adalah surat yang ditujukan kepada sultan Mataram, Sri Sultan Hamengkubuwono I. Beberapa petikannya sebagai berikut:
"...Suatu contoh dari kebaikan Allah adalah bahwa Dia telah menggerakkan hati penulis (Palimbani) untuk mengirimkan sepucuk surat dari Mekkah.
.".. Allah telah menjanjikan bahwa para Sultan akan masuk surga karena keluhuran budi, kebajikan, dan keberanian mereka yang tiada tara melawan musuh dari agama lain."
"Di antara mereka ini adalah raja Jawa, yang mempertahankan agama Islam dan berjaya di atas semua raja lain, dan menonjol dalam amal dalam peperangan melawan orang-orang agama lain."
"Allah meyakinkan kembali orang-orang yang bertindak di jalan ini dengan firman: "Jangan mengira bahwa mereka yang mati dalam perang suci itu benar-benar mati, jelas tidak mereka sesungguhnya masih hidup." (2:154)."
"Nabi Muhammad bersabda: "Aku diperintahkan membunuh setiap orang kecuali mereka yang mengenal Tuhan dan diriku, Nabi-Nya." Orang yang terbunuh dalam perang suci diliputi oleh keharuman kudus yang tak terlukiskan. Jadi ini merupakan peringatan untuk seluruh pengikut Muhammad..."
Surat disertai sejumlah kecil air zam-zam untuk Sultan. Dua surat yang dikirimkan oleh Syeikh Abdul Shamad al-Palimbani berhasil ditahan oleh penjajah Belanda. Surat berbahasa Arab, lalu diterjemahkan ke bahasa Jawa lalu ke Belanda.
Surat pertama diterjemahkan ke bahasa Belanda di Semarang pada 22 Mei 1772.
Sumber: Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad 17-18, karya Prof Dr Azyumardi Azra, MA, Kencana, 2004 hal 360-361.
0 komentar: