Revolusi Belajar Sejarah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Tulisan dan untaian kisah dan sejarah yang dibuat oleh para sejarawan hanya memuat tentang masa lalu saja. Itu pun masih diragukan validitasnya. Perlu diuji sumber utamanya. Bagaimana perspektif sumber utamanya? Bagaimana para sejarawan membangun kerangka uraian kisah dari sumbernya? Bagaimana menyambung berbagai informasi yang berceceran? Itulah penyebab sejarah bisa dibelokkan sesuai kepentingannya.
Sebelum kedatangan Al-Qur'an, seluruh kisah dan sejarah masa lalu penuh dengan kerancuan. Berdasarkan ucapan bersambungan dari orang ke orang. Siapakah yang menjamin keaslianya? Tak ada yang memvalidasi para penutur kisah. Inilah penyebab sejarah digunakan untuk menghancurkan para Nabi, Rasul dan orang shaleh terdahulu.
Seluruh kitab suci pun sudah diubah. Bagaimana bisa menjaga sumber lainnya? Hanya sedikit yang bisa menjaganya. Di Mekah saja hanya tersisa pamannya Siti Khadijah, Waraqah bin Naufal. Perjalanan Muhammad saw kecil dari Mekkah ke Syam, saat berdagang, hanya menemukan beberapa pendeta yang menjaga kemurnian sejarah masa lalu.
Al-Qur'an merupakan revolusi sejarah yang tak tertandingi. Adakah sejarah yang dapat mengabadikan dialog dengan sangat detail hingga memaparkan kalimat per kalimat? Adakah yang mampu menulis sejarah dari jaman ke jaman dengan rentang waktu antar generasi? Adakah yang dapat menjelaskan sosok pelaku sejarah dengan detail hingga ke prilaku dan karakternya?
Adakah yang mampu menempatkan sejarah dalam konteks yang berbeda-beda dalam beragam bidang kehidupan dan tujuan pembelajaran? Bisakah sejarah menjangkau perspektif keabadian dan masa depan untuk menuntut seluruh kehidupan hingga hari kiamat? Mengapa sebuah kisah terkubur? Mengapa sejarah dilupakan? Karena tak bisa berkontribusi pada prinsip membangun peradaban manusia.
Kisah dalam Al-Qur'an memuat sangat detail, namun kadang sangat ringkas hanya memuat intisari perspektif yang ingin dibangun dari kisah dan sejarah tersebut. Detail dan ringkas ada tujuannya. Ringkas bukan karena tidak ada kevalidan referensi yang detail, tetapi apakah seluruh kisah dan sejarah perlu didetailkan? Keseimbangan antara ringkas dan detail disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran bagi manusia.
Ada yang lebih unik yang takkan bisa dijangkau oleh manusia. Yaitu, kisahnya menjelaskan pula nasib pelaku sejarah di akhirat kelak. Pelajari akhlak yang harus menjadi jati diri para sejarawan. Bukan sekedar keberadaan referensi semata. Pelajari bagaimana seharusnya sejarah itu ditulis. Pelajari bagaimana kisah dan sejarah berkontribusi bagi peradaban manusia.
0 komentar: