Rambu Mempelajari Sejarah Islam
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Muslimin bisa saja berselisih. Seperti Ali bin Abi Thalib dengan Siti Aisyah. Seperti Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah. Seperti Umar bin Khatab dengan Khalid bin Walid dalam persoalan tertentu. Mereka mentaati pemimpinnya, tetapi kadang berselisih dalam persoalan yang memerlukan kedalaman berfikir dan analisa.
Siti Aisyah - Ali bin Abi Thalib saling mengakui keutamaan mereka. Begitu pun Ali bin Abi Thalib - Muawiyah dan Umar bin Khatab- Khalid bin Walid. Mereka memegang sabda Rasulullah saw, "Jangan kalian mencela para Sahabatku. Melaknat seorang mukmin sama seperti membunuhnya." Penyakit hati mereka telah hilang. Tak ada dendam. Apa lagi dendam masa lalu. Tak ada muatan politik dan ambisi kekuasaan seperti yang dituduhkan banyak orang. Hati mereka bersih tak seperti sangkaan kebanyakan orang.
Perselisihan tidak membuat seseorang keluar dari golongan beriman (murtad). Perselisihan untuk menguji siapa yang paling takut kepada Allah? Yang paling takut akan segera merespon perdamaian. Maka lihatlah cepatnya respon Siti Aisyah-Ali-Muawiyah dalam perdamaian. Yang tak menyukainya membuat paham tersendiri yang bernama Khawarij dengan slogan bombastis "Hukum itu milik Allah" untuk menipu banyak orang.
Ibnu Taimiyah dengan pijakan Ahlussunnah wal jamah membedah berbagai perselisihan yang ada, "Apabila peselisihan tersebut bertindak atas dasar ijtihad dan penakwilannya, serta belum jelas baginya bahwa ia pemberontak, bahkan meyakini bahwa dirinya di atas kebenaran, maka apabila ia bersalah dalam ijtihadnya, maka hal ini tidak menyebabkan dosa, apalagi menyebabkannya menjadi orang fasik."
Seluruh ulama Ahlussunnah wal Jamaah dan para pemuka agama tidak memiliki keyakinan bahwa seseorang itu terjaga dari dosa, baik para Sahabat, ahlulbait orang terdahulu, maupun yang lainnya, kecuali para Nabi. Tetapi, Ahlussunnah meyakini bahwa mereka bisa saja melakukan dosa, sedang Allah akan mengampuninya, mengangkat derajatnya, serta memberikan ampunan dengan kebaikan yang dapat menghapuskan dosa atau dengan sebab-sebab lainnya.
Mempelajari sejarah Islam harus sesuai kaidah Ahlussunnah wal jamah. Meneliti dan memahami realitas sejarah Islam tidak bisa menggunakan teropong import dari luar Islam. Bagaimana pandangan Al-Qur'an terhadap Ahlu Badar dan para Sahabat? Bagaimana bimbingan Rasulullah saw terhadap sikap muslimah terhadap para Sahabat? Ini yang perlu dipahami. Jangan sampai membedah sesuatu dengan kacamata yang salah.
Para ulama sejarah ketika membahas biografi para Sahabat selalu dimulai dengan pujian Rasulullah saw terhadap sahabat yang akan dipaparkan. Karena itulah kesimpulan akhir dari seluruh sepak terjang dan sumbangsih nyata kehidupannya dan peradaban manusia.
0 komentar: