Reformasi Birokrasi Ala Umar bin Abdul Aziz
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Saat Umar bin Abdul Aziz baru saja diangkat sebagai khalifah, dia bersegera membersihkan hartanya. Harta diri, keluarga dan kas negara. Agar tidak ada lagi harta yang diperoleh dari kezaliman, kecurangan, ketamakan, hasad dan iri. Agar seluruh harta diperoleh melalui syariat Allah yang penuh dengan keridhaaan-Nya. Inilah modal dasar mendapat pertolongan Allah. Imam Ahmad bin Hambal ditanya, "Mana yang lebih utama, shalat malam dengan nafkah yang halal?" Dijawabnya, "Nafkah yang halal." Kehalalan adalah pondasi semua kebaikan dan ketaatan.
Beriringan dengan reformasi penerimaan keuangan. Umar bin Abdul Aziz melanjutkan reformasi berikutnya. Membuang segala pengeluaran kebutuhan yang tak perlu. Dirubah perabotan rumah, baju, makanan dan minuman. Tak ada lagi keinginannya terhadap dunia. Saat Umar bin Abdul Aziz bertanya pada sahabatnya, "Bagaimana cara mendapatkan pertolongan Allah dalam mengelola negara?" Sahabatnya bertanya, "Bagaimana sikap mu terhadap Dunia?" Umar bin Abdul Aziz menjawab, " Tak dihiraukan lagi." Sang Sahabat menjawab, "Itulah sebab turunya pertolongan Allah." Allah mengabaikan dan meninggalkan manusia yang orientasinya pada dunia.
Umat Islam tidak akan pernah bisa bangkit dengan hanya mengandalkan kekuasaan, kekayaan, kecerdikan, kepintaran, ilmu dan teknologi. Bila mengandalkan sarana dan prasarana dunia, maka Allah akan meninggalkan dan menghinakannya. Semua kekhalifahan dan kesultanan hancur karena meninggal tugas dan perannya. Yaitu, menegakkan syariat Allah dan jihad membangun peradaban dunia. Meninggalkan peran menegakkan kebaikan dan mencegah keburukan. Bila seluruh tanggungjawab ini diabaikan maka Allah akan mencabut kekuasaan, kekayaan, kemenangan dan kemakmuran dari Umat Islam.
Mengelola kekuasaan butuh orang yang kredibel. Bagaimana cara agar orang terpilih dan amanah menjadi bagian dan berperan dalam kekuasaannya? Umar bin Abdul Aziz mengirim surat kepada sahabatnya. Dia meminta salinan seluruh surat menyurat dan keputusan Umar bin Khatab. Dia ingin mengulangi dan mengikuti sepak terjang Umar Al Faruq dalam mengelola kekhalifahan. Namun bagaimana mendapatkan pejabat negara hingga level yang paling bawah yang kualitasnya selevel orang-orang yang bersama Umar bin Khatab? Ini keresahan Umar bin Abdul Aziz.
Sang Sahabatnya menjawabnya, "Selama di dalam hati memang berniat berjihad menegakkan kebaikan maka Allah akan mengutus orang-orang terbaik untuk terlibat dalam kekuasaannya." Mudah saja melihat kebaikan sebuah pemerintahan. Bila "kaki tangannya" korupsi, menyeleweng dan zalim, itu pula yang ada di dalam hati sang pemimpinnya. Keburukan akan menarik hati orang yang berniat pada keburukan. Kebaikan akan menarik hati orang yang memiliki kebaikan untuk terlibat didalamnya. Bila ingin ditolong Allah dengan hadirnya orang yang berkualitas, teguhkan dan kuatkan jihad untuk menegakkan syariat Allah.
Umar bin Abdul Aziz sering meminta nasihat kepada Hasan Al Bashri. Ulama Tabiin utama yang hidup di zamannya. Dia pun ingin terus menapaki jalan sang khalifah mulia Umar bin Khatab. Komitmen kepada agama. Menjauhi dunia mengutamakan akhirat. Inilah faktor utama Allah mencurahkan Pertolongan-Nya dalam mengelola kekhalifahannya. Bagaimana dengan kekuasaan saat ini?
0 komentar: