Mendidik Anak Melalui "Tangan" Allah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Dapatkah melindungi anak setiap waktu, setiap saat dan setiap tempat? Di era super terkoneksi, terbuka, akses yang tak terbatas, bagaimana menjaga putra-putri kita? Dapatkah dengan penghalang fisik? Seperti tak keluar rumah dan membatasi pergaulannya? Anak memiliki dunia sendiri, kecendrungan sesuai zamannya, butuh pengalaman tersendiri untuk membangun masa depannya. Bagaimana menyikapi ini semua?
Nabi Musa belajar bersama Nabi Khidir. Dalam perjalanan ilmunya, sampailah di sebuah negri. Namun tak seorang pun yang mau menjamunya. Akhirnya mereka menemukan sebuah rumah yang hampir roboh. Lalu keduanya membangun rumah tersebut. Rumah itu milik dua anak yatim. Yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayahnya seorang yang shaleh. Mengapa kedua anak yatim ini terjaga dari keburukan? Padahal orang tuanya tidak menjaganya?
Ibnu Abbas menafsirkan ayat, "Kedua orang tuanya adalah orang yang shaleh." Maksudnya, sebagai bentuk penjagaan lantaran kedua orang tuanya baik. Said bin al-Musayyab berkata pada anaknya, "Sungguh aku akan memperbanyak shalatku demi menyelamatkanmu agar aku bisa terus menjagamu. Setelah itu Said bin al-Musayyab membaca firman Allah, "Kedua orang tuanya adalah orang yang shaleh." (18:82)
Kisah kebaikan dua anak yatim karena kesalehan kedua orang tuanya. Penjagaan anak sebab orang tuanya menjaga shalat. Itulah pelajaran dari kisah Nabi Musa dan Nabi Khaidir. Mendidik orang tua, untuk mendidik anak-anaknya. Memperbaiki anak-anak kita dengan mendidik diri kita sendiri. Anak-anak adalah cerminan dari kita sendiri. Cerminan masa lalu kita terhadap orang tua kita. Semua terangkum pada anak-anak kita.
Seni mendidik anak, sebenarnya seni mendidik diri. Said bin al-Musayyab, saat hendak memperbaiki kerusakan anaknya, dia memperbaiki akhlaknya kepada Allah. Menambah ketakutan dan pengharapan pada Allah. Menambah ibadahnya pada Allah. Mendidik anak dengan wasilah atau perantara Allah. Setelah itu, barulah menasihati anaknya. Setelah itu barulah mendesain kurikulum pendidikan anak-anaknya.
Seorang teman, dahulunya pecandu narkoba. Bagaimana cara orang tuanya memperbaiki anaknya? Orang tuanya memperbanyak shalat. Meningkatkan amal-amal sunahnya. Meneliti sumber rezekinya hanya agar yang halal saja. Alhamdulillah, melalui pertolongan Allah, anaknya sadar dengan sendirinya. Mendidik melalui Tangan Allah bukan sekedar ikhtiar kita sendiri.
Seorang ibu sangat sulit mendidik anaknya. Sang kiyai bertanya, "Apa yang dirasakan ketika anak itu dalam kandungan?" SZang ibu menceritakan keburukan dirinya. Sang kiyai mensarankan perbaiki dan didik diri ibunya dulu. Lalu, kirimkan al-Fatihah untuk anaknya. Selang berapa lama, sang ibu menceritakan perubahan besar pada anaknya.
Pendidikan modern tak bisa menciptakan ketakwaan. Pendidikan modern tidak akan menghasilkan pribadi yang sempurna karena sistemnya lahir dari akal dan ilmu semata. Menanggalkan Allah dan menjauhkan pengelolaan hati. Bukankah hati itu raja? Bukankah yang membolak-balikan hati itu Allah? Mengapa meninggalkan Allah dalam mendidik anak-anak kiita?
Segera bersujud kepada Allah. Sering-seringlah bersujud. Berlama-lamalah dalam bersujud. Itulah awal mendidik anak-anak kita. Seperti Said bin al-Musayyab yang mendidik anaknya dengan memperbanyak shalat.
0 komentar: