Menaikan Level Introspeksi Diri
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Hasan Al Bashri melakukan intropeksi bukan saja terhadap amal, tetapi juga terhadap apa yang dipikirkan. Saat beliau melewati sebuah rumah, rasa penasarannya terbangun. Muncullah pertanyaan, siapa pemiliknya? Bisnisnya? Dananya? Untuk membangun rumah. Rasa keingintahuan ini dianggap sebuah kesia-siaan. Karena rasa penasarannya tidak membangun amal dan kemaslahatan akhirat.
Umar bin Khatab juga melakukan intropeksi terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Apakah menghasilkan amal? Bila hanya keingintahuan tanpa menghasilkan amal, maka pertanyaan tersebut sementara ditunda terlebih dahulu. Hasan Al Banna pun memiliki prinsip bahwa segala sesuatu yang tidak terbangun amal diatasnya sebaiknya ditinggalkan.
KH Abdullah bin Nuh, Ulama kharismatik asal Bogor, mengatakan pada muridnya yang saat ini telah menjadi ulama besar, "Bagi seorang wali Allah, tidak mengingat Allah sesaat saja berarti sudah kafir." Kewaspadaan sang Kiyai sangat luar biasa. Hati dan pikiran yang tidak menghadirkan Allah dianggap telah mengingkari keberadaan Allah.
Mengontrol besitan hati dan pikiran lebih mudah sebelum menjadi perbuatan dan amal. Semua besitan hati dan pikiran belum dianggap dosa walaupun salah. Namun besitan yang baik sudah dicatat sebagai kebaikan. Itulah cara meraih keridhaaan Allah dengan mengelola apa yang hadir dalam hati dan pikiran.
Allah mengetahui semua yang terbesit di hati dan pikiran. Allah mengetahui apa yang ada dan disembunyikan di dalam dada manusia. Tingkatan intropeksi harus dinaikkan levelnya terus menerus. Bila sebelumnya, beramal dulu baru intropeksi. Terjadi dulu baru intropeksi. Maka saatnya intropeksi saat masih berupa besitan di hati dan pikiran.
Membuang pikiran kesia-siaan. Membuang pikiran yang melalaikan. Membuang pikiran kesenangan. Membuang pikiran yang menyesatkan. Itulah manajemen hati dan pikiran. Timbangannya, apakah Allah ridha? Apakah ada amal yang dibangun? Apakah ada kemaslahatan bagi manusia?
Hati butuh intropeksi, karena selalu berbolak balik. Hati selalu diawasi, karena inilah pertarungan gabungan syetan - hawa nafsu dengan malaikat - iman. Hati harus diteguhkan dengan janji dan sumpah, agar tidak mudah berbelok dan terpleset. Menurut Imam Ghazali, hati harus diikat dengan janji dan sumpah setiap pagi agar teguh, mantap dan tentram.
0 komentar: