Memutus Nusantara Dengan Makkah dan Kairo
(Bagian 2)
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Malaka secara geografis sangat strategis menjadi pusat perdagangan, pelabuhan dan berkumpulnya banyak saudagar dan ulama dari belahan Timur dunia.
Menguasai Malaka berarti menguasai dunia timur? Itu yang dipikirkan Portugis. Padahal Saudagarnya tidak diikatan oleh orientasi perdagangan, tetapi aqidah.
Portugis menjajah Malaka, transaksi perdagangannya dan cukainya langsung anjlok. Tak ada yang mau berdagang dengan Portugis. Saudagarnya pindah ke Pasai.
Tiba-tiba Pasai menjadi sangat ramai sekali. Portugis segera menjajah Pasai. Saat Pasai dijajah, Pasai pun menjadi sepi kembali. Saudagarnya pindah ke Aceh.
Ikatan Aqidah membentuk pusat perdagangan, keilmuan dan kekuasaan. Bukan soal untung rugi. Karena bisnis realisasi dari aqidah.
Strategi berubah, dahulu saudagar, ulama dan murid berkumpul di Malaka atau Pasai. Sekarang menyebar ke seluruh pelabuhan. Nusantara makin berkembang pesat.
Tersebar pusat perdagangan, keilmuan dan kekuasaan baru diseluruh Nusantara. Portugis gigit jari. Disangka yang meramaikan Malaka soal uang padahal aqidah.
Portugis pun menjadi bajak laut di Samudera Hindia. Merampas kapal-kapal yang berasal dari Nusantara yang menuju ke Timur Tengah dan Mesir.
Jamaah Haji pun tidak berhenti di Pasai dan Malaka, dari Aceh langsung ke Srilanka- Makkah. Portugis gagal memutus Nusantara dengan Makkah dan Kairo.
Apa penyebab Demak dan Aceh menyerang Portugis di Malaka? Padahal bukan daerah kekuasaannya. Inilah ikatan kebangsaan yang berlandaskan aqidah.
Inilah revolusi wawasan kebangsaan yang terjadi pada kerajaan di Nusantara sejak kehadiran Islam. Dari ikatan daerah kekuasaan kepada aqidah.
0 komentar: