Maulana Ishaq, Ahli Epidemiologinya Walisanga
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Tim Walisanga memiliki keahlian yang mencengangkan, dari ahli irigasi, industri kreatif hingga tata negara. Maulana Ishaq memiliki keahlian unik sebagai dokter dan ahli epidemiologi. Saat Blambangan diserang wabah, Sunan Ampel memerintahkannya untuk menghentikan wabah tersebut.
Entah apa penyakit yang sedang melanda Kadipaten Blambangan. Namun dalam beberapa prasasti dan naskah Kuna telah disebutkan bahwa pada masa lampau, penyakit atau wikara di Jawa antara lain adalah, bubuhen/wudunen, buletin/katarak, humbelen/flu, buduk/lepra/kusta, uleren/cacingan, beser, mengi/asma, Lampung/penyakit kulit, tidur/koma, dan sebagainya.
Wabah penyakit yang menyerang warga Blambangan telah berbulan-bulan lamanya. Penyakit tersebut telah banyak menyebabkan orang meninggal dunia, hampir setiap hari ada orang yang meninggal, penyakit tersebut dikenal sebagi penyakit yang ganas, sampai-sampai jika seseorang terkena penyakit ini pada pagi hari, maka malam akan meninggal, begitu sebaliknya.
Syekh Maulana Ishaq melakukan riset dengan berkeliling ke desa-desa dan memperhatikan keadaan lingkungan dan kebiasaan masyarakat. Dia paham bahwa masyarakat Blambangan masih kurang memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan sehingga di daerah mereka dapat muncul wabah penyakit semacam itu.
Masyarakat Jawa pada waktu itu masih banyak yang mengkonsumsi kalong (kaluwang), kera (wrai), dan lain-lain. Bahkan orang Jawa juga mengkonsumsi cacing, katak, dan tikus yang menurut Negarakertagama, binatang-binatang itu adalah pantangan yang apabila dikonsumsi hanya akan menyebabkan kehinaan.
Selain daripada itu, memang binatang-binatang tersebut adalah pembawa bakteri atau virus yang diantaranya mungkin menjadi sebab penyakit meningitis, penyakit yang penderitanya bisa tak sadarkan diri dalam waktu yang lama seperti gejala yang ditampakkan pada putri adipat Blambangan.
Setelah memperhatikan keadaan Blambangan, Syaikh Maulana Ishaq paham bahwa masyarakat masih kurang memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan sehingga muncul wabah penyakit semacam itu.
Syaikh Maulana Ishaq menyampaikan pada Adipati Blambangan, bahwa Islam yang dia anut sangat memperhatikan kebersihan. Sebelum beribadah diharuskan mensucikan diri dengan air. Membasuh wajah, tangan, dan kaki. Setidaknya itu dilakukan lima kali dalam sehari. Selain itu, setiap hari seluruh rakyat Blambangan akan semakin sehat jika dihimbau untuk rutin mandi, untuk menjaga kesucian diri agar terus bersih dan sehat.
Wabah penyakit juga melanda istana, puteri raja sendiri yang bernama Dewi Sekardadu sakit parah. Syekh Maulana Ishaq bersedia mengobatinya dengan syarat, Prabu Menak Sembuyu memperbolehkan dakwah Islam di Blambangan. Prabu pun menyetujuinya, Maulana Ishaq mengobati Dewi Sekardadu. Sang dewi pun sembuh.
Namun sang Prabu mengingkari janjinya. Maulana Ishaq diusir dari Kerajaan Blambangan. Beliau pun pindah ke Pasai. Sejak kepergiannya, wabah penyakit pun kembali menerjang Blambangan.
Padahal selama di Blambangan, masyarakat begitu tertarik dengan keberadaannya. Akhlaknya mulia, badannya yang selalu bersih dan harum, dekat dengan masyarakat bawah dan tidak membeda-bedakan status sosial, serta masyarakat yang datang berobat tidak pernah dimintai upah, bahkan malah terlihat sering diberikan bekal untuk perjalanan pulang.
Sumber:
1. https://www.google.com/amp/s/daerah.sindonews.com/beritaamp/1197615/29/kisah-karomah-syekh-maulana-ishaq
2. https://islamtoday.id/ulas-nusa/20200121103724-5871/dakwah-ayahanda-sunan-giri-syaikh-maulana-ishaq/
3.
https://www.viva.co.id/amp/berita/nasional/619245-seri-walisanga-kisah-desa-yang-dikutuk-wabah-penyakit?page=all&utm_medium=all-page
4.
https://belambangan.com/artikel/detail/syekh-maulana-ishaq-dan-wabah-di-blambangan
0 komentar: