Ketuhanan Yang Maha Esa, Urat Tunggang Pancasila
(Diringkas dari Buku Hati Ke Hati, Buya Hamka)
Dasar filsafat negara adalah sila pertama dari Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Inilah dasar pertama dan utama dari negara kita. Ia dijadikan niat dasar pertama dari negara ini, bukanlah semata-mata buah mulut (lip service)
Ia adalah dasar pertama sebagai dasar niat bermasyarakat dan bernegara. Dijadikan titik tolak berfikir. Apa saja yang dikerjakan, diamalkan dan diusahakan dalam bernegara ini adalah niat mencapai ridha Allah.
Soekarno pernah mencoba memeras Pancasila menjadi gotong royong saja sehingga Tuhan menjadi habis. Ruslan Abdulgani mengatakan bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa sama kedudukannya dengan empat sila lainnya, padahal semuanya bersumber dari Dzat Yang Satu yaitu Allah.
Pikiran yang bebas merdeka. Akal yang rasional pasti akan sampai pada kesimpulan, dasar pertama dan utama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi selama jalan pikiran bangsa Indonesia masih dipengaruhi oleh ajaran tauhid, Pancasila pasti demikian adanya. Yaitu, sila pertama adalah sumber dari sila yang empat.
Pancasila bukanlah cangkokan dari kiri-kanan, gabungan isme-isme dari luar. Namun suatu pandangan hidup dari satu bangsa yang percaya kepada Tuhan. Tidak seperti persepsi Sutan Takdir Alisyabana bahwa Pancasila saling bertentangan. Diambil dari agama, Marxisme, Nasionalisme, Liberalisasi, dan Materialisme.
Cendikiawan, politisi, anggota parlemen muslim harus awas tentang ini. Jangan sampai karena perebutan kursi dan pengaruh, tidak sadar bahwa payung panji Pancasila tempat berlindung mulai bocor.
Setelah teguh kepada ke-Esa-an Allah, kita bermohon taufik dan hidayah-Nya, lalu ditetapkan dalam amal soleh dengan terciptanya perikemanusiaan, berbuat dalam bangsa dan tanah air, bermusyawarah dalam urusan bersama, dan menegakkan keadilan sosial dalam masyarakat.
0 komentar: