Islam Dalam Bahaya, Semuanya Ngantri ke Istana
(Bagian-2)
(Diringkas dari Buku "Dari Hati Ke Hati" Buya Hamka, oleh Nasrulloh Baksolahar)
Di zaman sekarang, tuduhan Islam anti Pancasila, bukanlah sepi, bahkan tambah santer. Walaupun sudah dijelaskan bahwa mukadimah UUD 1945 dirancang oleh ulama dan pemimpin Islam, tetapi keterangan tersebut tetap tak dipedulikan.
Walaupun 1001 dijelaskan bahwa kelima sila Pancasila adalah bagian ajaran Islam, namun kebencian yang telah merasuk ke alam sadar, hasil indoktrinasi, tak mungkin dihilangkan.
Ada nasihat, supaya para ulama, mubaligh, khatib, dan ahli dakwah terlepas dari bahaya, urusi agama saja, jangan campur dengan politik dan hendaklah membantu pemerintah. Sediakan waktu untuk melancarkan program pemerintah.
Alangkah herannya, orang yang sudah terbentuk oleh Al-Qur'an harus memisahkan agama dan politik. Islam tak mengenal pembatasan tersebut. Alangkah bingungnya Muslim jika dilarang mengurus dunia dan hanya mengurus akhirat saja. Padahal nasib di akhirat ditentukan oleh amalnya di dunia.
Membantu pemerintah itu, "Membenarkan yang benar dan membatalkan mana yang salah." Bukankah manusia itu tidak terbebas dari khilaf dan lupa? Sedangkan hukum Allah mutlak kebenarannya.
Padahal, meskipun terlihat kekocar-kaciran umat Islam, orang tetap mengharapkan bantuannya. Jadi, tak ada satu pemerintah pun yang berani berdiri kalau di dalamnya tidak ada dari kalangan Islam.
(Bersambung)
0 komentar: