Cara Praktis Membangun Bangsa yang Hancur
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Kisah Pertama
Seorang gubernur menulis surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Isi suratnya, "Sesungguhnya kota kita telah hancur. Jika khalifah berpendapat untuk mengucurkan dana untuk membangunnya kembali, maka itu lebih baik."
Umar bin Abdul Aziz membalasnya, "Aku memahami maksud suratmu. Kamu tidaklah mengatakan di sana bahwa kotamu telah roboh. Jika telah membaca surat ini, maka jagalah kotamu dengan berbuat adil."
Umar bin Abdul Aziz melanjutkan, "Bersihkan jalan-jalan kota dari perbuatan zalim. Dengan berbuat begitu, kota itu akan bangkit kembali."
Kisah Dua
Saat rakyat sulit untuk ditertibkan. Tak mengikuti ketertiban dan peraturan. Tandanya ada kezaliman penguasa.
Jarrah bin Abdullah, gubernur Khurasan era Umar bin Abdul Aziz, melaporkan kondisi rakyatnya kepada khalifah melalui sebuah surat.
Sang gubernur menulis dalam suratnya, "Penduduk Khurasan adalah manusia yang rusak. Mereka hanya bisa diluruskan dengan pedang dan cambukan. Jika khalifah mengizinkan, saya akan melakukan itu."
Khalifah Umar bin Abdul Aziz membalasnya, "Suratmu telah sampai di tanganku. Dalam surat itu, kamu menjelaskan bahwa penduduk Khurasan adalah manusia rusak, dan menurutmu mereka hanya bisa diluruskan dengan menggunakan pedang dan cambukan."
Umar melanjutkan, "Kamu telah bohong, karena mereka bisa diluruskan dengan keadilan dan kebenaran. Oleh karena itu, berbuat adilah kepada mereka."
Kisah Tiga
Seorang Hakim di Mosul mengaduk persoalannya kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz. Di Mosul, kasus pencurian dan perampokan sangat banyak. Bagaimana agar kotanya menjadi damai dan tentram?
Sang Hakim bertanya pada Umar bin Abdul Aziz, "Apakah aku harus menyelidiki mereka? Mencari bukti atas perbuatan mereka? Lalu aku selesaikan persoalan ini sesuai dengan tradisi yang berlaku di masyarakat itu?"
Umar bin Abdul Aziz menjawab bahwa hendaknya mencari bukti dan menyelesaikannya sesuai sunnah Nabi. Jika saja mereka tidak mengikuti kebenaran, maka Allah tidak akan memberikan kebaikan kepada mereka.
Sang Hakim melakukan apa yang dipesankan Umar bin Abdul Aziz, setelah itu kita Mosul menjadi kota yang tingkat kriminalnya paling kecil.
Kisah Empat
Umar bin Abdul Aziz berkata, "Aku mendapati para penguasa sebelumku sebagai penguasa yang menindas rakyat dengan kekuatan dan kekuasaan. Hal yang sama juga dilakukan oleh para pembesar atau pejabat negara yang membantu para penguasa."
Umar bin Abdul Aziz melanjutkan, "Saat aku memegang tampuk kekuasaan, rakyat mengadukan kezhaliman para mantan penguasa itu kepadaku. Tidak ada pilihan lain bagiku kecuali mengembalikan hak orang yang pernah dirampas oleh orang kuat. Mengembalikan hak orang yang dilemahkan oleh para penguasa.
Di era Umar bin Abdul Aziz, ia mengembalikan harta dan tanah yang diambil secara zalim oleh penguasa sebelumnya.
Kisah Lima
Penguasa yang dapat membangun bangsanya memiliki beberapa karakter yang melekat pada jiwanya. Umar bin Khatab memaparkan karakter penguasa tersebut.
Umar bin Khatab berkata, "Sesungguhnya sikap adil itu memiliki tanda dan permulaan, diantaranya tandanya bersifat malu, dermawan, merasa hina dihadapan Allah dan bersikap lembut. Adapun permulaannya adalah sikap kasih sayang."
"Sungguh Allah telah menciptakan pintu bagi segala sesuatu, dan setiap pintu dimudahkan dengan sebuah kunci, dan pintu adil adalah i'tibar (kemampuan mengambil pelajaran dari sesuatu) dan kuncinya adalah Zuhud."
"I'tibar dilakukan dengan mengingat kematian. Mempersiapkannya dengan menshadaqahkan hartanya. Zuhud itu mengambil hak dari setiap orang dan diganti dengan haknya pula dan merasa cukup dengan rezeki ala kadarnya."
Umar bin Khatab melanjutkan, "Jika rezeki yang ala kadarnya tidak membuatnya cukup, maka segala sesuatu tidak akan mampu memuaskannya."
Sumber:
Golden Story, Mahmud Musthafa Sa'ad, Al-Kautsar 2013.
0 komentar: