Bergerilya Bertemu Nabi Khaidir di Era Modern
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Nabi Ulum Azmi belajar pada seseorang yang tak dikenal. Belajar pada yang tak bergelar dan tak dihormati. Belajar pada yang lebih rendah kedudukannya.
Orang ini tersembunyi. Tidak ada di majelis ilmu, universitas dan bangku sekolah. Tidak dikerumuni orang. Berada di pelosok, jauh dari keramaian perdebatan keilmuan dan kehebatan.
Orang ini tak memiliki jabatan. Hanya rakyat jelata rendahan. Namun dia dirahmati dan mendapatkan ilmu langsung dari Allah.
Orang ini "abadi" kehadirannya. Banyak ulama yang telah bertemu dengannya. Dialah yang sering disebut "Khaidir".
Bila Nabi Musa, pemimpin dan pemuka manusia, saja terus mengembara mencari Khaidir, mengapa kita merasa tinggi dengan kepalsuan jabatan dan keilmuan?
Buya Hamka berkata, "Sering menemukan 'profesor' tak terkenal di dusun terpencil, di ladang, di lereng bukit, perkataannya penuh hikmah."
Buya Hamka sering menemukan pemikiran 'profesor' yang bukan profesor, namun jernih cara berfikirnya sehingga pantas dijadikan pedoman hidup.
Menurut Buya Hamka, Khaidir itu selalu ada tidak seorang, dan tidak mati, melainkan ganti berganti. Asal pandai mencarinya, akan bertemu.
Bila Buya Hamka selalu bertemu dengan Khaidir, mengapa kita belum? Bisa jadi keangkuhan dan salah melihat kedalaman jiwa dan pikiran orang.
Nabi Musa, seorang Nabi Pahlawan, kisahnya sering dipaparkan, 300 kali namanya disebut di Al-Qur'an. Namun dia merunduk dihadapan Khaidir.
Banyak yang pintar, cerdas, tajam, jernih dan luas pemikiran dan karyanya, yang memilih bersembunyi di tempat yang tak dihargai dan dikenal manusia.
Menurut Buya Hamka, ciri Khaidir, kemana saja dia pergi, kesuburanlah yang dibawanya. Tanah tandus jadi subur. Pikiran yang kering jadi terobati.
Tanda kebersihan dan kerendahan hati, selalu mencari Khaidir di tempat yang jauh dari kepongahan kekuasaan, keilmuan dan popularitas.
0 komentar: