Konflik Internal dalam Masyarakat Israel: Retakan yang Kian Terbuka
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Israel adalah negara yang dibentuk oleh imigran Yahudi dari berbagai penjuru dunia—beragam dalam asal-usul, budaya, bahasa, dan terutama ideologi. Meskipun dari luar tampak bersatu menghadapi musuh bersama, realitas sosial internalnya penuh dengan konflik dan friksi antar kelompok.
Di tengah situasi politik, militer, dan sosial yang makin tegang, konflik internal antarkelompok Yahudi dan warga negara Israel sendiri justru memperlihatkan betapa rapuhnya fondasi masyarakat mereka. Berikut lima jenis konflik utama yang memperlihatkan keretakan tersebut.
---
1. Konflik Yahudi Sekuler vs Haredim (Yahudi Ultra-Ortodoks)
Contoh Konflik:
Penolakan wajib militer oleh komunitas Haredim.
Demonstrasi besar menentang kurikulum sekolah nasional.
Blokade jalan oleh kelompok Haredi untuk menolak perintah pengadilan.
Seberapa Sering:
Rutin terjadi, terutama saat kebijakan militer atau pendidikan hendak diberlakukan secara menyeluruh.
Akar Masalah:
Haredim menolak Zionisme sekuler dan negara Israel dalam bentuk sekarang.
Mereka tidak bekerja secara formal, tidak ikut wajib militer, namun mendapatkan tunjangan besar dari negara.
Yahudi sekuler merasa tertindas secara ekonomi dan politik oleh dominasi suara religius di parlemen.
Dampaknya:
Meningkatnya polarisasi politik dan sosial.
Kemarahan masyarakat sekuler yang merasa dieksploitasi.
Ancaman disintegrasi sosial jangka panjang.
---
2. Konflik Yahudi Sekuler vs Pemukim Ilegal Yahudi
Contoh Konflik:
Bentrokan antara tentara IDF (yang sebagian besar dari kalangan sekuler) dan pemukim radikal saat pembongkaran pos ilegal (misalnya Amona 2017).
Pemukim menyerang warga Palestina, menyebabkan tekanan diplomatik internasional terhadap Israel.
Seberapa Sering:
Meningkat terutama di wilayah Tepi Barat dan saat ada desakan internasional untuk menertibkan permukiman ilegal.
Akar Masalah:
Pemukim sering mengabaikan hukum Israel sendiri dan lebih setia pada ideologi religius nasionalis.
Sekuler menilai tindakan mereka merusak citra internasional Israel dan memperburuk konflik.
Dampaknya:
Memburuknya citra Israel secara global.
Membelah masyarakat Yahudi antara kelompok legalis dan ekstremis religius.
Mengancam supremasi hukum negara itu sendiri.
---
3. Konflik Yahudi Sekuler vs IDF (Tentara Israel)
Contoh Konflik:
Aksi mogok ribuan tentara cadangan saat protes terhadap reformasi yudisial tahun 2023.
Penolakan beberapa warga untuk menjalani dinas militer karena kecewa terhadap arah politik negara.
Seberapa Sering:
Terjadi dalam situasi krisis politik, tetapi makin sering sejak 2023.
Akar Masalah:
Ketidakadilan sistem: Hanya kelompok sekuler yang diwajibkan militer, sementara Haredim dibebaskan.
Kekecewaan terhadap militer yang dianggap terlalu digunakan untuk menekan warga Palestina dan melayani kelompok pemukim ilegal.
Dampaknya:
Merosotnya moral militer.
Ancaman terhadap kesatuan IDF.
Kemungkinan munculnya gerakan pembangkangan sipil militer lebih luas.
---
4. Konflik Yahudi Sekuler vs Penguasa (Pemerintah/Koalisi Ultra-Ortodoks)
Contoh Konflik:
Demonstrasi berjilid-jilid menolak reformasi yudisial yang dianggap membungkam Mahkamah Agung.
Gerakan “Selamatkan Demokrasi Israel” yang didukung oleh jutaan warga, termasuk akademisi, perwira militer, hingga pengusaha teknologi.
Seberapa Sering:
Sangat sering dan intens sejak pemerintahan sayap kanan koalisi Netanyahu mendominasi sejak 2022.
Akar Masalah:
Kekecewaan warga sekuler terhadap pengaruh partai ultra-Ortodoks yang mengendalikan parlemen.
Ketakutan terhadap hilangnya sistem checks and balances di Israel.
Dampaknya:
Fragmentasi politik tajam.
Menurunnya kepercayaan terhadap sistem demokrasi Israel.
Gelombang emigrasi warga sekuler ke luar negeri.
---
5. Protes terhadap Perang di Gaza
Contoh Protes:
Demonstrasi menuntut gencatan senjata, terutama setelah meningkatnya korban sipil di Gaza.
Protes dari keluarga sandera yang meminta negosiasi, bukan pemboman terus-menerus.
Aksi diam dan pembakaran bendera sebagai simbol ketidaksetujuan terhadap cara perang dijalankan.
Seberapa Sering:
Semakin meningkat seiring lamanya perang Gaza sejak Oktober 2023 hingga 2025.
Protes muncul setiap minggu, terutama di Tel Aviv dan Yerusalem.
Akar Masalah:
Kematian warga sipil dan tentara dalam jumlah besar.
Ketidakjelasan tujuan akhir perang.
Rasa bersalah sebagian warga atas penderitaan rakyat Palestina.
Dampaknya:
Membuka jurang antara kalangan militeris dan aktivis perdamaian.
Munculnya tekanan domestik untuk mengakhiri operasi militer.
Menurunnya legitimasi moral Israel di mata warganya sendiri dan dunia internasional.
---
Penutup: Negara yang Satu Tubuh Tapi Banyak Jiwa
Israel bukanlah entitas homogen, melainkan tubuh yang dipenuhi konflik antara organ-organ yang saling tarik-menarik. Yahudi sekuler yang dulu menjadi penggerak utama negara kini merasa terpinggirkan, bahkan diperalat. Di sisi lain, kelompok religius dan pemukim ekstremis justru mendominasi ruang kekuasaan.
> Ketika masyarakat negara penjajah saling curiga, saling membenci, dan tidak punya ikatan ideologis bersama, kehancuran bukan tinggal menunggu musuh datang—tapi tinggal menunggu waktu dari dalam.
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif