Pasukan Cadangan Penjajah Zionis Israel, Antara Perang Yam Kippur 1973 dan Badai Al-Aqsa 2023
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Perang Yom Kippur
Perang yang terjadi pada tanggal 6 - 26 Oktober 1973 antara penjajah Zionis Israel melawan koalisi negara-negara Arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah. Target Mesir dan Suriah merebut kembali wilayah yang diduduki penjajah Zionis Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967.
Pada perang ini, Penjajah Zionis Israel nyaris musnah. Strategi payung udara Mesir yang menggunakan rudal dan meriam anti serangan udara bergerak yang jarak tembaknya dipadukan. Maka angkatan udara penjajah Zionis Israel pun kewalahan, bahkan banyak yang menjadi korban karena berusaha menembus "jaring-jaring" pertahanan udara itu. Pada permulaan perang, Israel terpaksa menarik mundur pasukannya.
Tetapi setelah memobilisasi tentara cadangan, penjajah Zionis berhasil memukul Mesir. Penjajah Zionis Israel berhasil "menjinakkan" payung udara Mesir yang lambat dalam mengiringi gerak maju pasukkannya, dengan langsung mengisi celah (gap) antara payung udara dengan pasukan yang sudah berada lebih jauh di depan. Divisi Mesir pun terjebak bahkan kehabisan perbekalan.
Salah satu kesadaran Zionis Israel saat itu adalah “Ha'areyot”, berarti persahabatan dan persaudaraan. Ini ruh “persaudaraan seperjuangan” dalam menghadapi ragam pertempuran. Juga simbol solidaritas antara pasukan cadangan (wajib militer) dan kecepatannya dalam menanggapi panggilan “tanah air” dalam keadaan darurat. Yang menjadi tulang punggung kekuatan terjaganya penjajah Zionis Israel di tanah Palestina.
Namun bagaimana kondisi tentara cadangan Zionis Israel di Badai Al-Aqsa 2023?
Sudah 360.000 pasukan dipanggil dari seluruh dunia hanya dalam hitungan hari. Setelah melewati pertempuran setahun, mengapa banyak yang terbunuh? Tidak mau berperang dan ikut wajib militer? Trauma dan tidak mau berperang kembali? Bahkan penguasa akan menyetop bantuannya dan memblokir rekening bagi yang tidak mau ikut wajib militer. Apa yang terjadi?
Sebelum Badai Al-Aqsa, paradigma militer penjajah Zionis Israel telah berubah. Lebih mementingkan pengembangan angkatan udaranya. Juga, kondisi politik otoriter dan korup penguasanya yang membuat jiwa pasukan cadangan penjajah Zionis Israel melemah dalam membela negaranya.
Berawal dari Netanyahu yang berrencana melemahkan Mahkamah Agung dan membatasi independensi peradilan. Rencana itu akan merusak sistem check and balances Israel dan menggeser negara itu ke arah otoritarianisme. Juga, untuk menghindari dari diadili karena korupsi, dimotivasi oleh dendam pribadi dan memiliki konflik kepentingan.
Bagaimana respons tentara cadangan Zionis Israel? “Nilai-nilai negara ini akan berubah. Saya tidak dapat melayani militer negara yang bukan demokrasi,” kata Tichover.
Perombakan peradilan telah memecah belah penjajah Zionis Israel dan merobek apa yang dilihat oleh orang Yahudi Israel sebagai institusi mereka yang paling dihormati, militer. Kekhawatiran bermunculan, protes pun mengalir ke wajib militer berusia muda.
Kepala staf militer, Letnan Jenderal Herzl Halevi, memperingatkan Netanyahu bahwa protes ini berisiko merusak kemampuan militer. “Tentara tidak dapat beroperasi tanpa cadangan,” kata Halevi kepada mereka.
Bagi mayoritas Yahudi Israel, yang sebagian besar harus bertugas di militer, tentara adalah sumber persatuan dan ritus peralihan. Dinas militer merupakan landasan penting bagi kehidupan sipil dan angkatan kerja. Sebab ulah Netanyahulah, salah satu pondasi penjajah Zionis Israel jadi keropos.
Bagaimana setahun Badai Al-Aqsa?
Dikutip dari Aljazeera, Senin (18/11/2024), seorang tentara cadangan berkata tentang negaranya, “Ini bukanlah negara tempat saya akan mengorbankan nyawa saya.” Ini sepenggal kisah lebih dari 130 prajurit dan perwira di pasukan cadangan Israel. Semuanya mengatakan bahwa mereka tidak akan menawarkan diri mereka untuk bertugas lagi jika Netanyahu tidak berhasil mendapatkan kesepakatan dengan Hamas yang menjamin jaminan perdamaian Israel yang berada di tangan perlawanan dan mengakhiri perang.
Ternyata, penguasa Penjajah Zionis Israel-lah yang merusak pondasi kekuatan militernya sendiri.
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif